Mudik (Oleh: Farrel Gibran Athaillah Santoso)
Mudik
Lebaran kali ini, sudah bisa kubayangkan kebahagiannya. Bagaimana tidak, tahun-tahun sebelumnya, jangankan mudik, keluar wilayah saja tidak diperkenankan karena pandemi. Sungguh, tahun-tahun kemarin, tahun-tahun yang harus dipertebal kesabarannya. Selain harus menahan keinginan juga harus mampu menjaga kesehatan dengan prokes ketat karena sudah banyak korban jiwa dalam masa pandemi. Tanpa kesabaran dan kemampuan menjaga diri sesuai prokes, tidak mungkin bisa dilalui dengan mudah dan masih sehat sampai detik ini. Selalu bersyukur kepada Allah SWT yang selalu melindungi kami. Seperti yang saya katakan, lebaran tahun ini, InshaAllah akan kami lalui dengan kebahagian. Kami sekeluarga bisa mudik meski harus mematuhi peraturan pemerintah dengan melakukan vaksin lengkap. Apapun persyaratan, kami lakukan demi bisa mudik ke Jawa, tempat kelahiran orang tua saya dan saya. Hehehe, saya tidak mengatakan kami, karena adik saya tidak lahir di Jawa. Dia sendiri lahir di Sampit.
Selama pandemi, kami tidak bisa mudik. Kali ini diperbolehkan mudik. Bisa bayangkan kan kebahagiaan kami, terutama orang tua saya. Kami tidak bisa lagi menahan kerinduan pada keluarga di Malang. Iya, betul. Kami akan mudik ke Malang. Kota kelahiran kami bertiga, kecuali adik, hehehe, Ada satu hal yang meresahkan kami, yakni, saya belum libur saat kami harus pulang mudik. Sempat Ibu saya meminta ijin ke wali kelas saya tapi beliau menganjurkan Ibu saya meminta ijin secara langsung ke kepala sekolah karena ijinnya lebih dari 3 hari. Alhamdulillah, ijin diberikan oleh kepala sekolah. Beribu syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang terus memberikan limpahan pertolonganNya.
Dalam perjalanan mudik, kami lalui dengan kebahagiaan dan penuh rasa syukur. Kami begitu menikmati selama perjalanan. Alhamdulillah, selamat sampai Malang. Kedatangan kami, disambut nenek dengan bahagia bercampur kaget karena kami tidak menyampaikan sebelumnya kalau kami ingin mudik. Kebetulan mudik pada saat puasa. Kami lalui dengan safari bukber ke seluruh keluarga Ibu dan Ayah. Seminggu tidak akan cukup mendatangi saudara ibu yang memang banyak sekali hehehe. Ibu saya saja anak ke 6. Jadi, satu persatu saudara Ibu kami datangi dan mengundang keluarga yang lain, sambil membawa oleh-oleh dari Sampit sekaligus oleh-oleh takjil untuk berbuka puasa. Kami membuat es buah atau es teller bersama-sama. Meskipun saya laki-laki, tetapi saya tidak pernah ketinggalan membantu emak-emak di keluarga kami hehee. Bantuan bisa saya berikan dengan membeli es dan memecahkannya untuk dituang ke termos es buah atau es teller, bisa beli syrup atau apapun yang diperlukan mereka. Saya selalu siap membantu mereka. Meski hanya berkumpul dengan keluarga, tetapi membuat kami terutama ibu saya, bahagia tak terkira. Kami berbuka bersama, berfoto, bercengkerama dan bercanda. Yang membuat ibu saya bahagia saat kami sholat dan tarawih bersama-sama di langgar atau di masjid terdekat. MashaAllah, sungguh nikmat yang tiada tara bisa berkumpul dengan keluarga besar. Safari Bukber ini tidak berhenti di keluarga ibu saja, tapi berlanjut pada keluarga ayah. Kebahagiaan kami tidak kalah saat berkumpul dengan keluarga ayah. Belum sampai lebaran, cerita ini harus dikumpulkan. Masih penuh pengharapan, Allah selalu melimpahkan pertolongan dan keberkahan kepada kami untuk melewati puasa dengan keluarga dan lebaran yang kurang 2 mingguan serta sampai di Sampit kembali, Aammiinn.
Comments
Post a Comment